Selasa, 14 Februari 2012

Bahaya..! Nonton Kartun Merusak Memori Balita

Adyanews - Sering menonton kartun cepat ternyata merugikan kemampuan balita untuk berkonsentrasi dan memecahkan teka-teki berbasis logika. Parahnya, satu penelitian menyebutkan kebiasaan ini juga bisa merusak memori jangka pendek mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Virginia di AS ini melibatkan 64 anak yang secara acak dibagi dalam tiga kelompok. Satu kelompok diminta secara khusus menonton sembilan menit kartun SpongeBob SquarePants yang populer, di mana perubahan adegan terjadi pada rata-rata setiap 11 Kelompok lain mengamati kartun pendidikan dengan perubahan adegan rata-rata setiap 34 detik, sedangkan kelompok terakhir diizinkan untuk menggambar.

Setelah itu anak-anak kemudian diminta untuk menyelesaikan berbagai tes. Yang pertama, tes teka-teki, dan tes yang kedua adalah tes mengikuti petunjuk. Hasilnya, terlihat kelompok anak yang sebelumnya diminta untuk menonton kartun lebih lambat menyelesaikan berbagai tes, bila dibandingkan dengan kelompok yang menonton kartun yang lambat dan kelompok yang menggambar.

"Percobaan memperlihatkan anak-anak menunjukkan prestasi yang lebih buruk setelah melihat kartun. Bahkan ada temuan yang didukung penelitian lain yang menemukan efek jangka panjang akan fakta negatif ini," tutup salah satu peneliti Dr Angeline Lillar.

follow my mom twitter @beiga2509

Senin, 13 Februari 2012

Tips Mengajari Si Kecil Membaca

Adyanews - Belajar membaca merupakan salah satu tahapan penting dalam perkembangan anak. Namun tidak semua anak tertarik untuk melakukannya. Berikut beberapa cara agar anak memiliki keinginan belajar membaca, seperti dikutip dari She Knows:

1. Membaca dengan Interaktif

Idealnya, Anda telah membacakan untuk anak sejak mereka masih kanak-kanak. Sehingga saat anak sudah duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, mereka siap menjadi teman membaca Anda. Biarkan anak Anda memilih buku yang dia inginkan. Jangan terlalu mempermasalahkan, walaupun ia memilih buku yang sama setiap waktu. Coba tanyakan pada anak Anda mengapa ia memilih buku itu dan apa yang ia ingat tentang ceritanya?

Tunjukkan judul dan gambar yang terdapat pada sampul depannya. Bacalah judul dan penulisnya dengan keras agar anak bisa mengerti apa maksud dari kata-kata tersebut. Biarkan anak Anda mengubah halamannya saat Anda membaca. Ikuti teksnya dan jalankan jari Anda di bawah kata-kata yang Anda baca dengan keras.

Ketika Anda membaca untuk si kecil, tanyakan padanya apa yang terjadi di dalam cerita. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Berbicara tentang gambar-gambar yang ada di dalam buku, dan mintalah pada anak untuk menunjuk pada karakter atau benda-benda yang disebutkan di dalam cerita.

2. Berirama

Saat membaca dengan anak, bacalah dengan memberikan irama pada setiap katanya. Berhentilah di akhir baris dan biarkan anak Anda mengisi kata yang berirama untuk selanjutnya. Ini akan mendorong anak untuk mendengarkan dengan cermat dan membantunya mendengar suara yang berbeda pada awal kata: “jack and Jill went up the hill”, cobalah mengubah bunyi pertama dari setiap kata dengan suara yang berbeda. Atau misalnya, “twinkle, twinkle little star” menjadi “pinkle, pinkle pittle par”. Sebaiknya praktekkan cara ini dengan bacaan yang mudah.

3. Buku Alfabet

Cari buku alfabet yang sesuai dengan keinginan anak. Anda dapat mendapatkan buku alfabet dalam berbagai materi – binatang, makanan, mesin. Berikan dorongan pada anak untuk membuat sendiri buku alfabet mereka. Bantu anak Anda memotong gambar dari majalah dan menempelkannya pada lembar kosong, satu gambar untuk setiap huruf dalam alfabet.

Kenalkan huruf dengan suara pada anak Anda. Mainkan permainan yang mengeluarkan suara di rumah atau mobil. Misalnya Anda mengucapkan, "Ibu melihat sesuatu yang dimulai dengan be" (suara untuk huruf B). Ketika anak Anda sudah memahami permainannya, mulai padukan berbagai huruf mengenai benda tersebut. Contohnya, b-o-l-a, be-o-el-a. Cara ini dapat membangun keterampilan belajar untuk membaca, sehingga anak akan segera mencoba membuat bunyi apapun dari apa yang telah ia tulis.

4. Pakai Penanda

Coba tempelkan post it kecil pada benda sehari-hari, seperti pintu, tempat tidur, dinding, lampu, sehingga rumah Anda akan berubah menjadi sebuah buku gambar raksasa. Memang rumah akan jadi sedikit tidak indah dipandang, tapi demi perkembangan anak tentu hal tersebut tidak masalah dilakukan untuk beberapa waktu.

Dengan cara ini anak akan mulai untuk mempelajari setiap kata dengan langsung melihatnya. Mintalah anak untuk membantu Anda membuat post it tersebut. Tulis setiap kata dengan pensil atau pulpen. Kemudian, bawa anak ke tingkat selanjutnya dengan menunjukkan tanda-tanda di sepanjang jalan, nama toko, menu dan apapun dengan kata-kata.

5. Membaca Untuk Diri Sendiri

Jadilah teladan yang baik. Biarkan anak melihat Anda membaca novel, majalah, buku resep, koran dan lain-lainnya. Ajak anak untuk ikut duduk di samping Anda dengan buku gambarnya atau buku ceritanya sendiri.

6. Berikan Dorongan Untuk Membaca

Ketika anak Anda mulai untuk membaca, bahkan setelah ia menjadi seorang pembaca yang baik, biarkan dia memilih sendiri materi yang dia ingin baca. Biarkan dia membaca kotak sereal, katalog dan bahkan buku-buku yang lebih menantang untuknya. Bawa anak Anda ke perpustakaan dan berikan dia kebebasan.

Kamis, 09 Februari 2012

20 program anak yang paling sehat dinilai dari aktivitas fisiknya

Adyanews - FILM kartun popular yang menghadirkan Scooby Doo, seekor anjing rasgreat dane dengan perilaku pengecut dan memiliki nafsu makan tak terpuaskan ternyata dianggap sebagai kartun yang paling sehat.  Hal itu terungkap dari hasil survei yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan AS. Scooby juga mengalahkan beberapa tokokh kartun ternama dan legendaries lainnya seperti Tom and Jerry dan Wile E Coyote.

Para konsultan sebelumnya memantau stasiun televisi anak-anak yang menampilkan 20 program yang paling populer dan mencatat jumlah aktivitas fisik. "Setiap karakter dinilai dari tingkat aktivitasnya dan menerima nilai untuk perilaku yang baik seperti berjalan dan bermain olahraga," menurut jubir Departemen Kesehatan AS.
Karena banyaknya gerakan geng Scooby yang berlari dari monster, mereka pun menduduki puncak daftar tersebut.

Namun, jubir kementerian itu menegaskan bahwa pihaknya tidak menjadikan Scooby Doo yang terkenal hobi mengemil Scooby Snax sebagai anutan yang sehat. Seperti dikutip dari The Telegraph, Kamis (15/9), Anne Milton, dari Depkes AS mengatakan, "Pola makan sehat dan hidup aktif sangatlah penting terutama saat masa pertumbuhan."  Berikut daftar 20 program anak yang paling sehat dinilai dari aktivitas fisiknya :

1. Scooby Doo
2. Shaun the Sheep
3. Lazy Town
4. Peppa Pig
5. Bob The Builder
6. Tom and Jerry
7. Dora the Explorer
8. Looney Tunes
9. SpongeBob Squarepants
10. In the Night Garden
11. Ben 10
12. The Simpsons
13. Phineas and Ferb
14.The Sarah Jane Adventures
15. Tracey Beaker
16. Postman Pat
17. iCarly
18. Horrid Henry
19. Garfield
20. Charlie and Lola 

follow twitter @ beiga2509
sumber ; http://mencengangkan.blogspot.com

Memukul dan Membentak Bisa Membuat Anak Depresi

Adyanews - Gangguan ini berkembang hingga mereka beranjak dewasa, ditambah dengan sikap agresif dan kerap membantah orang-orang di sekitarnya.  MEMUKUL, menampar, atau membentak saat si kecil berbuat nakal dapat memancing tindakan agresif saat mereka dewasa nanti. Demikian kesimpulan dari studi selama 20 tahun yang digelar para peneliti dari University of Manitoba dan Children’s Hospital of Eastern Ontario.

Joan Durrant, anggota tim peneliti, menemukan hukuman fisik berkaitan dengan tingginya sikap agresif dan pemberontak yang dirasakan anak terhadap orang tua, saudara dan teman-temannya. Dari 500 keluarga yang menjadi bahan riset ini, terdapat sejumlah anak yang kerap mendapat hukuman secara fisik, seperti dipukul, ditampar atau dibentak oleh orang tuanya.

Akibat hukuman itu, mereka diketahui rentan terhadap depresi dan gangguan mental lainnya. Gangguan ini berkembang hingga mereka beranjak dewasa, ditambah dengan sikap agresif dan kerap membantah orang-orang di sekitarnya.

Seperti diberitakan Daily Mail, Rabu (8/2), selama 20 tahun pengamatan, para peneliti telah menemukan banyak perubahan pola pikir masyarakat mengenai metode hukuman bagi anak. Membentak, menampar, memukul, atau menepuk bokong sebagai tindakan sanksi bagi anak mulai diatur secara hukum di beberapa negara.

Memukul anak sebagai bentuk hukuman dilegalkan di AS dengan batasan-batasan tertentu yang berbeda di masing-masing negara bagian. Namun tindakan ini dilarang keras di 20 negara Eropa, termasuk Jerman, Spanyol dan Belanda. Di Inggris, hukuman secara fisik masih diperbolehkan, asalkan tidak meninggalkan bekas luka di tubuh. Peraturan ini dibuat sejak 2004, tapi tidak menghentikan 71% persen orangtua yang masih keukeuh mendukung hukuman fisik terhadap anak.

Para peneliti menyarankan agar orang tua memberlakukan sanksi yang tidak menyakiti fisik anak dan meamhami apa pengaruhnya terhadap perkembangan perilaku anak.
follow twitter @beiga2509
sumber : plasamsn.com

Minggu, 05 Februari 2012

Yuk, Ajarkan Menabung Lewat "Storytelling"!

Adyanews -"Pada dasarnya, pada usia tersebut anak-anak lebih menyukai cerita sebab lebih mudah diserap dan menghibur." -Maya Rizano-. Demikian diungkapkan Maya Rizano, Head of Group Communications and Corporate Sustainability HSBC Indonesia, Sabtu (12/11/2011), saat memaparkan program "Uangku Usahaku" di Jakarta. Paparan program perdananya sudah dilakukan di Sekolah Dasar Adik Irma, Jakarta.

Maya menuturkan, "Uangku Usahaku" terdiri dari kurikulum khusus yang mengajarkan para siswa nilai uang dan menggunakan uang secara bijaksana pada siswa-siswi kelas I-III SD. Bekerja sama dengan Prestasi Junior Indonesia (PJI-Junior Achievement Worldwide) dan Dinas Departemen Pendidikan DKI Jakarta, program yang telah dikembangkan oleh tim Junior Achievement Worldwide di Colorado, Amerika Serikat (AS), ini akan dilaksanakan di sepuluh SD di Jakarta.

Adapun materi yang digunakan adalah cerita berjudul "Nisa Membeli Sebuah Hadiah". Cerita ini mengisahkan seorang anak bernama Nisa yang harus berusaha sendiri mendapatkan uang untuk membeli hadiah ulang tahun bagi temannya. Pesan moral yang ingin disampaikan dari cerita ini adalah upaya keras Nisa mendapatkan uang bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain dan teman-temannya.

"Karena program ini ditujukan untuk siswa-siswi kelas I sampai kelas III, storytelling dan puppet show (pertunjukan wayang) menjadi salah satu metode penyampaian yang efektif. Pada dasarnya, pada usia tersebut anak-anak lebih menyukai cerita sebab lebih mudah diserap dan menghibur," ujar Maya kepada Kompas.com.
Menggunakan teknik pengajaran storytelling, siswa diharapkan menjadi lebih kreatif dalam berpikir sehingga menambah wawasan dan meningkatkan daya imajinasinya. Teknik ini juga dirasa cocok untuk pelajar SD kelas I-III karena disesuaikan dengan kurikulum di masing-masing sekolah. Saat ini, di kelas I-II para siswa telah diberi pengenalan dasar-dasar mengenai uang dan menabung.

"Para guru pun mendapatkan ilmu tambahan dalam memberikan pengajaran mengenai uang, termasuk menambah wawasan mengenai teknik pembelajaran di kelas selain dari yang sudah ada selama ini," kata Maya. Tahun ini, program tersebut akan dijalankan di sepuluh sekolah, yang meliputi SD Adik Irma, SD Tarakanita 2, SD Islam Tugasku, SD Dwi Matra, SDIT Al-Azhar Kelapa Gading, SD Asisi, SD Bina Gita Gemilang, SDIT Al-Azhar 12, SD At-Taubah, dan SD Al-Ikhlas. 

Kegiatan ini dibawakan PM Toh atau Agus Nur Amal yang sudah dikenal anak-anak sebagai pencerita dan pembuat karakter tokoh di layar kaca. Untuk menjalankan tugasnya, PM Toh juga dibantu relawan HSBC yang bertindak sebagai narator yang selanjutnya diperagakan PM Toh melalui puppet show.

follow twitter @beiga2509

Mendidik Anak agar Tidak Materialistis

Adyanews - Orangtua zaman sekarang memiliki pekerjaan rumah demikian banyak dalam mengasuh dan membersarkan anak-anaknya. Hal yang paling kentara dan dirasa cukup sulit bagi orangtua adalah membesarkan anak tanpa tumbuh menjadi pribadi materialistis. Upaya orangtua harus  demikian kuat agar bombardir iklan di televisi, majalah, maupun pengaruh teman sebaya, yang menjadi beberapa faktor atas sifat materialistis, dapat diredam.

Studi yang dilakukan oleh Penn State's Smeal College of Business, seperti dikutip dalam No More Misbehavin' yang ditulis oleh Michele Borba, Ed.D, menyimpulkan bahwa anak-anak sekarang lebih materialistis di usia yang lebih muda lagi. Karena itu, menjadi tugas orangtua untuk menanamkan pemahaman kepada anak bahwa karakter moral, kontribusi terhadap lingkungan, dan kualitas hubungan mereka akan jauh lebih bernilai ketimbang materi yang bisa diperoleh.

Dengan kata lain, orangtua perlu meyakinkan anak bahwa identitas mereka tidaklah didasarkan pada apa yang mereka punya, tetapi pada siapa mereka. Orangtua perlu mempelajari sejumlah cara bagaimana cara membesarkan anak tanpa membuat mereka menjadi individu yang materialistis. Berikut cara-cara yang disarankan:

* Membatasi tontonan televisi :
Ini aturan yang sering disebutkan oleh para ahli. Sebaiknya anak tidak menonton lebih dari dua jam setiap hari. Selain sejumlah program yang dibuat banyak yang masih tidak sesuai dengan usia anak, iklan yang muncul di antara program tersebut kerap menarik perhatian anak dan pada akhirnya membuat mereka menginginkannya. Cara lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan mengalihkan perhatian anak saat jeda iklan. Kalaupun tidak, jelaskan kepada anak tentang teknik pemasaran yang biasa digunakan dalam iklan. Atau tonton acara yang tidak ada iklannya.

* Perhatikan apa yang diperhatikan anak: 
Bila Anda melihat anak ingin menggunakan celana jins skinny, pakaian dengan merek ternama karena melihatnya di majalah, inilah waktunya untuk menjelaskan kepada mereka agar tidak selalu mengikuti arus. Pada awalnya anak mungkin saja akan kesal, sebal, dan mengatakan Anda tidak paham perasaan mereka. Namun, dengan mengingatkan akan hal tersebut, pada akhirnya anak akan meresapi penjelasan Anda.

* Katakan "tidak":
Bukan tindakan tepat untuk selalu memberikan apa saja yang diinginkan anak. Lagipula, menurut Michele, Anda tidak selalu mendapatkan apa yang diinginkan dalam hidup ini 'kan? Mengatakan "tidak" atau menolak membelikan benda-benda yang diinginkan anak bukanlah hal keliru.

* Hadiah tanpa membeli:
Sesekali ada baiknya juga melatih anak untuk tidak membeli hadiah bagi anggota keluarga. Hal itu akan mendorong anak untuk kreatif dalam membuat hadiah tanpa mengeluarkan uang, misalnya membuat kartu, puisi, atau poster yang menggambarkan rasa sayang mereka bagi penerima hadiah.

* Menjadi panutan:
Sebelum terburu-buru menyalahkan iklan di televisi maupun teman sepermainan anak, coba lihat kembali diri sendiri. Apakah Anda gemar mengoleksi barang tertentu yang harganya sangat mahal? Apakah Anda sebagai orangtua suka membeli aneka busana dari perancang atau merek terkemuka? Kalau jawabannya iya, orangtua perlu membenahi diri. Perlu diingat, anak lebih meniru orangtuanya. Dengan kata lain, kalau orangtua ingin memiliki anak yang tidak materialistis, harus bisa menjadi contoh. Percuma saja orangtua mengajarkan anak untuk tidak selalu membeli barang mewah sementara sang ibu masih asyik membeli sepatu atau tas dengan harga selangit.

* Ajarkan prioritas:
Gunakan keputusan berbelanja sebagai peluang untuk mengajarkan perencanaan keuangan, termasuk bagaimana mengontrol keinginan yang tidak perlu. Saat berbelanja untuk keperluan sekolah, misalnya, minta anak untuk membuat daftar barang yang diinginkan lalu buat prioritasnya.

* Latih kesadaran untuk menyumbang:
Tidak harus memaksa anak untuk mau menyumbangkan benda kesayangan mereka. Orangtua bisa menjadi contoh baik dengan menyumbangkan barang sendiri untuk kegiatan amal dan jelaskan alasan Anda melakukan itu. Setelah itu biarkan anak tahu bahwa mereka dapat mendonasikan barang-barangnya juga. Barang tersebut bisa diberikan kepada sepupu yang lebih kecil ataupun kepada anak-anak yang tidak mampu. Hal itu akan membantu anak menyadari bahwa barang hanya objek semata. Mereka juga belajar untuk melepaskan kesenangan dari barang yang dimiliki agar orang lain dapat merasakan, kesenangan yang sama, seperti yang dialaminya.

follow twitter @beiga2509