Rabu, 11 April 2012

Biasakan Anak Gemar Membaca Sejak Dini

Adyanews - Untuk menanamkan kecintaan pada buku, dapat dilakukan ketika anak belum dapat membaca. Bentuk kegemaran membaca pada anak sejak dini. Itulah yang sebaiknya dilakukan setelah anak lancar membaca. Untuk menanamkan kecintaan pada buku, sebenarnya dapat dilakukan ketika anak belum dapat membaca.

Di sinilah diperlukan peranan orang tua untuk dapat membacakan buku yang isinya mendidik dan disesuaikan dengan usia anak. Jika sejak kecil anak diarahkan untuk gemar membaca dan menggali pengetahuan melalui buku, maka anak akan terbiasa menjadi pribadi yang mandiri dalam belajar. 

Pupuk kegemaran membaca pada anak sejak dini. Itulah  yang sebaiknya dilakukan setelah anak lancar membaca. Untuk menanamkan kecintaan pada buku, sebenarnya dapat dilakukan bahkan ketika anak belum lancar membaca atau bahkan ketika ia belum dapat membaca. Di sinilah diperlukan peranan orang tua untuk dapat membacakan buku yang isinya mendidik dan disesuaikan dengan usia anak.
Jika sedari kecil anak diarahkan untuk gemar membaca dan menggali pengetahuan melalui buku, maka anak akan terbiasa menjadi pribadi yang mandiri dalam belajar. Anak tidak akan cepat menyerah dengan kata, “Ah…saya tidak bisa!” Paradigma baru pun akan terbentuk pada si kecil, bahwa buku adalah sumber informasi.
Teman-teman, tentunya untuk membuat anak gemar membaca dan menjadikan buku sebagai sahabat barunya diperlukan proses. Tapi akhir-akhir ini, kami mengalami sesuatu yang sesuai dengan harapan kami, si kecil tak jarang meminta kami dapat menemaninya membaca buku ceritanya.
Yuk, ajak dan bentuk anak agar gemar  membaca.  Untuk itu, Ayah-Bunda dapat membaca pengalaman berikut sebagai gambaran langkah-langkah membentuk anak yang gemar membaca

Mulai beli buku.

Tentu saja, untuk mendorongnya mau membaca, daya tarik pertama bagi mata lincahnya adalah gambar dan warna. Oleh karena itu, belikan buku cerita dengan gambar dan warna menarik. Biasanya, untuk permulaan, carikan buku dengan gambar yang besar, tidak terlalu rumit dan menarik disertai dua sampai tiga kalimat cerita yang menyertai gambar itu. 

Dampingi.

Mulanya, ini yang kami lakukan. Kami membaca bersama buku cerita dengan cara bergantian.
Ayah-Bunda: Coba, sekarang kamu membaca  kata-kata yang diucapkan si domba, ya…Bunda akan membaca kata-kata si serigala.
Dengan bergantian membaca, Ayah-Bunda dapat mencontohkan intonasi yang benar pada kalimat tanya, kalimat berita, atau perintah. Anak pun belajar menghayati dan mengerti arti kalimat dalam cerita itu. Jadikan sesi belajar ini menyenangkan agar si kecil tidak bosan dan mengerti apa yang Ayah-Bunda sampaikan. Ayah-Bunda terkadang perlu lebih ekspresif dalam intonasi dan ekspresi wajah sesuai cerita yang dibaca bersama.

Uji pemahamannya.

Selesai membaca satu halaman, sebelum berlanjut ke halaman sebelumnya, biasanya Ayah-Bunda menguji si kecil.
Ayah-Bunda: Eh, tadi itu serigalanya mau melakukan apa, ya?
Dengan pertanyaan seperti ini, si kecil akan terbiasa membaca dan menangkap/membuat inti sari isi bacaan di pikirannya. Ini penting.
Sejauh apa pentingnya? Ini contohnya, ketika si kecil nantinya harus menangkap isi soal ujian atau PR, tentunya ia harus terlebih dulu dapat memahami soal itu sebelum mengerjakannya. Atau contoh lain, ini bayangan kami, ketika si kecil menjadi dewasa dan diposisikan sebagai pembuat keputusan, pikirannya sudah terbiasa menangkap inti sari dari sumber-sumber informasi yang diterimanya dari tulisan maupun lisan untuk membuat keputusan.
 Timbulkan kebiasaan gemar membaca ini sejak anak dalam rentang usia keemasannya.  Bahkan ketika si kecil belum dapat membaca, ini pun dapat dilakukan. Caranya? Ayah-Bunda dengan sabar membacakan cerita-cerita yang disesuaikan dengan umur anak. 

sumber http://www.keluarganobel.com


Minggu, 01 April 2012

Mengajarkan Kemandirian Pada Anak

Adyanews - Kemandirian harus diajarkan pada anak-anak sejak usia dini. Untuk mendidik anak agar mandiri, Anda perlu simak beberapa tip seperti dilansir BoldSky berikut.

1. Ajarkan anak mengenai tanggung jawab. Anda dapat memulainya dengan memberi penjelasan mengenai tanggung jawab.
Setelah itu, Anda dapat mengajarinya secara praktek, misalnya membiarkan anak mengerjakan Pekerjaan rumah yang diberikan guru secara sendiri. Anda tidak perlu membantu menyelesaikan, namun cukup memberi arahan.

2. Dampingi anak secara rutin ketika hendak mendidiknya menjadi anak mandiri. Sesekali, Anda perlu melepas anak untuk bertindak sendirian, misalnya seperti contoh di atas yaitu membiarkan dia mengerjakan PR-nya sendiri.

3. Dorong anak untuk melakukan hal-hal kecil. Misalnya, Anda memberi dia tugas untuk mencuci piringnya sendiri seusai makan pada hari-hari tertentu. Jika mereka melanggar, Anda tidak perlu marah, cukup mengingatkan dengan tegas.

4. Agar anak mandiri, Anda haru mengajarkan mereka melakukan tugasnya sendiri. Dalam usia tertentu, Anda tidak perlu mencuci pakaiannya dan tidak perlu membereskan tempat tidurnya. Biarkan anak membersihkan kamarnya sendiri.

5. Anak terkadang melawan beberapa perintah orangtua. Karena itu, Anda perlu tegas dan teguh pada kebijakan yang telah dibuat.

6. Sebelum menasihati anak, Anda harus percaya pada diri sendiri terlebih dulu bahwa nasihat tersebut adalah demi kebaikan masa depan anak. Sehingga ketika hendak menyampaikan nasihat dan perintah, Anda bisa lebih yakin.[Ach/okz]